Agus Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam |
SwaraWarta.co.id – Agus Muhammad Iqdam Kholid, seorang pendakwah muda dari Nahdlatul Ulama (NU), menjadi pusat perhatian di media sosial setelah mengungkapkan pengalaman tak menyenangkan yang dialaminya di Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Pengakuan kontroversial ini dibagikan oleh Gus Iqdam dalam acara pengajian rutin Majlis Sabiluh Taubah Blitar yang tayang di saluran YouTube miliknya pada Senin (18/9).
Gus Iqdam, yang lahir pada 27 September 1994, adalah pengasuh Ponpes Mambaul Hikam II di Blitar dan juga pendiri Majlis Sabiluh Taubah. Ia dikenal karena gaya ceramahnya yang mendekati kalangan milenial, humoris, dan mampu menjalin kedekatan dengan berbagai kalangan, termasuk anak-anak punk.
Sebagai seorang pemuka agama muda yang modern, salah satu ciri khas Gus Iqdam adalah kemampuannya dalam menyebarkan ceramah-ceramahnya melalui berbagai platform media sosial, mulai dari TikTok hingga YouTube. Ceramahnya yang kali ini mencakup pengalamannya di Imigrasi Bandara Soetta menjadi viral di YouTube.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kisah dimulai ketika Gus Iqdam menerima undangan untuk memberikan ceramah di Taiwan. Bersama dengan istrinya, Nilatin Nihayah, dan tiga orang lainnya, ia berangkat pada Jumat (15/9), untuk mengisi acara tersebut. Namun, perjalanan yang semula santai tiba-tiba berubah menjadi pengalaman yang membingungkan dan tidak menyenangkan.
“Sudah santai-santai, saya sedang berjalan bersama istri saya dan juga seorang teman bernama Lik Dhahlan, tiba-tiba kami dihentikan oleh petugas Imigrasi Jakarta, salah satunya bernama Afwan atau Ahwal, jika tidak salah,” kata Gus Iqdam dengan logat bahasa Jawa.
Pada saat itu, paspornya sebenarnya sudah diberi stempel imigrasi, menandakan bahwa ia telah melewati proses pemeriksaan. Namun, tiba-tiba, salah satu petugas Imigrasi memanggilnya dan menanyakan tujuannya.
“Kemana Anda akan pergi?” Gus Iqdam mengulangi pertanyaan petugas Imigrasi tersebut.
“Ke Taiwan,” jawab Gus Iqdam.
“Apa yang akan Anda lakukan di Taiwan?”
Gus Iqdam menjelaskan bahwa perjalanan ke Taiwan adalah untuk bekerja, dan oleh karena itu, ia menggunakan visa kerja. Namun, petugas tersebut kemudian mengajukan pertanyaan yang keras terkait rencana kepulangan Gus Iqdam.
“Ah, Afwan, Afwan, yang bersikap keras hanya satu orang ini. Teman-teman petugas lainnya tampaknya biasa-biasa saja. Hanya satu orang ini yang sangat tegas,” kata Gus Iqdam.
Setelah itu, petugas tersebut meminta Gus Iqdam untuk menunjukkan paspornya sekali lagi. Namun, dengan kejutan, petugas tersebut mengklaim bahwa Gus Iqdam telah melakukan perjalanan ke Taiwan sebelumnya melalui Bandara Soetta. Padahal, perjalanan ini adalah kunjungan pertamanya ke Taiwan.
Tidak lama kemudian, seorang petugas Imigrasi lainnya, yang tampaknya merupakan petugas keamanan, tiba di lokasi tersebut. Pada saat yang sama, Gus Iqdam menerima telepon dari penanggung jawab acara pengajian di Taiwan. Gus Iqdam kemudian mengambil inisiatif untuk mengambil foto guna menunjukkan bahwa ia masih tertahan di Imigrasi.
“Nah, sayangnya, saya tidak melihat adanya tanda larangan pengambilan foto di sana. Seharusnya saya tidak boleh mengambil foto, tetapi saya malah mengambilnya, ‘crekrek.’ Ini langsung membuat kehebohan,” ungkapnya, disambut tawa penonton.
Tak lama kemudian, petugas kedua memberi peringatan kepada Gus Iqdam tentang larangan mengambil foto di area Imigrasi bandara. Gus Iqdam segera menghapus foto tersebut dan meminta maaf kepada petugas tersebut.
Karena merasa gelisah dan kesal dengan situasi tersebut, Gus Iqdam akhirnya menelepon seorang kolega yang tidak disebutkan namanya. Kolega tersebut berjanji untuk segera mengirimkan bantuan.
“Setelah itu, semua orang di sana tiba-tiba pergi. Kami kemudian diundang untuk masuk. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan dan menyelesaikan masalah ini. Kami akhirnya naik ke pesawat,” ungkap Gus Iqdam.
Tanggapan dari Pihak Imigrasi
Pihak Imigrasi Bandara Soetta memberikan tanggapannya atas insiden ini melalui pernyataan pers yang mereka bagikan. Mereka menjelaskan kronologi kejadian berdasarkan rekaman CCTV dan pemeriksaan internal terhadap petugas yang bertugas pada tanggal 15 September 2023.
Menurut pernyataan tersebut, Muchamad Iqdam Cholid Ridlo (Gus Iqdam) dan istrinya diperiksa di konter nomor enam oleh petugas berinisial LK pada pukul 14.07 WIB. Pemeriksaan keduanya berlangsung lancar dan hanya memakan waktu 2 menit 20 detik.
Namun, tiga orang lainnya, M Ilham Burhanudin, Muchamad Danuarta Difarolly, dan Dhahlan Efendi, yang diperiksa di konter nomor 7, mengalami penundaan. Ketiga orang tersebut tidak dapat menjelaskan rencana perjalanan mereka dengan jelas dan lengkap kepada petugas Imigrasi.
“Ketiganya sempat memberikan keterangan bahwa mereka akan bekerja, padahal visa yang digunakan adalah visa kunjungan. Mengetahui hal ini, petugas kemudian melakukan wawancara secara mendalam,” lanjut pernyataan tersebut.
Pada pukul 14.11 WIB, petugas Imigrasi memanggil Gus Iqdam untuk datang ke konter 7 dan memberikan penjelasan bahwa ketiga pria tersebut adalah rom
bongannya dan memiliki tujuan yang sama di Taiwan. Sambil menunggu, Gus Iqdam dan rombongan lainnya menunjukkan dokumen tiket pulang dan bukti akomodasi di Taiwan. Petugas kemudian memanggil seorang supervisor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Rekaman CCTV menunjukkan bahwa pada pukul 14.17.23, Gus Iqdam dengan sengaja mengambil foto di konter pemeriksaan nomor 7 menggunakan ponselnya. Supervisor Imigrasi yang sedang melakukan pemeriksaan mendalam segera menegur Gus Iqdam dan menjelaskan larangan mengambil gambar di area Imigrasi. Supervisor tersebut meminta Gus Iqdam untuk menghapus foto tersebut, dan Gus Iqdam dengan hormat mengikuti permintaan tersebut serta meminta maaf.
Berdasarkan kronologi yang disampaikan oleh pihak Imigrasi Soetta, mereka menyangkal adanya kendala dalam pemeriksaan Gus Iqdam di Imigrasi. Proses pemeriksaan Gus Iqdam di Imigrasi bahkan berlangsung sesuai dengan standar prosedur pemeriksaan Imigrasi, dengan rata-rata durasi 1 menit per penumpang. Mereka juga menjelaskan bahwa wawancara mendalam terhadap tiga orang rombongan Gus Iqdam dilakukan untuk mencegah potensi tindak pidana perdagangan manusia dan sebagai bentuk perlindungan bagi warga negara Indonesia yang hendak bepergian ke luar negeri.