|
Ilustrasi Hujan di Tengah Kota (Pixabay/pexels) |
Swarawarta.co.id – Hampir seluruh wilayah di Indonesia di bulan-bulan terakhir sedang berada di fase musim kemarau yang diperkirakan akan sangat panjang.
Akan tetapi hari Minggu kemarin sepertinya adalah pengecualian. Jakarta dan sekitarnya diguyur hujan dengan intensitas yang sedang hingga lebat di beberapa wilayah.
ADVERTISEMENT
.
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bukan hanya di Jakarta saja terjadi hujan lebat, melainkan di hampir semua wilayah Jabodetabek.
Hal ini tentu saja membuat kebingungan seluruh warga Jabodetabek mengingat wilayah mereka sedang dilanda kemarau.
Kebingungan warga masyarakat akhirnya terjawab setelah Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan bahwa hujan yang terjadi di Jabodetabek pada Minggu, 27 Agustus 2023 kemarin merupakan upaya modifikasi cuaca.
Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi tingkat polusi udara di Jakarta dan sekitarnya yang levelnya sudah berada pada taraf memprihatinkan.
Hujan terjadi di wilayah sekitaran Tangerang Selatan, Sukmajaya Depok, Cilodong Depok, Kota Bogor, Jakarta, dan daerah lainnya diguyur hujan yang disertai angin kencang.
Beberapa daerah lain yang juga terkena dampak modifikasi cuaca dengan diguyur hujan adalah kawasan Ciomas, dan Ciawi Kabupaten Bogor.
Hasil modifikasi cuaca tersebut dimaksudkan untuk mengurangi tingkat kebahayaan polusi yang bisa mempengaruhi manusia salah satunya ke sistem pernafasan.
Polusi bisa menyebabkan radang tenggorokan, ISPA, gangguan iritasi pada mata, kulit, serta yang lainnya.
Keterangan mengenai hujan yang berasal dari teknologi modifikasi cuaca ini diinfokan langsung oleh Dwikorita, Kepala BMKG pada Senin(28/8).
Keterangan tersebut juga dipertegas oleh Deputi Meteorolgi BMKG, Guswanto, yang menyatakan bahwa modifikasi cuaca penyebab hujan tersebut memang sengaja diciptakan.
Seperti yang telah diketahui, tingkat polusi di Jakarta berada pada level yang memprihatinkan menjelang KTT ASEAN beberapa waktu ke depan.
Ini tentu saja menjadi sorotan penting yang harus segera dicari solusinya agar tingkat polusi di Jakarta bisa diturunkan.
Modifikasi cuaca penyebab hujan ini sendiri dilakukan dengan cara mempercepat potensi pertumbuhan awan hujan menjadi hujan, dengan melakukan penyemaian bubuk Natrium Clorida (NaCl) atau garam di udara di sekitar awan.
Dalam upaya rekayasa cuaca ini, pihak BMKG juga dibantu oleh berbagai pihak yang turut berpartisipasi semisal: BRIN, BNPB, hingga TNI Angkatan Udara.
Di luar upaya modifikasi cuaca di Jakarta, sebagian besar wilayah Indonesia beberapa bulan ke depan masih akan mengalami musim kemarau yang panjang.
Ketahanan pangan mandiri harus mulai dipersiapkan mengingat musim kemarau yang panjang akan memberikan banyak imbas terhadap tanaman pertanian, yang bisa saja akan gagal panen.
Pewarta: Utep
Editor: Galih Sandy
COPYRIGHT © Swarawarta